Hantu kakek pemikul tumpukan kepala insan di dongeng gaib konkret terbaru Kadang lantaran keluyuran malam, sering menjumpai fenomena mistis yang mungkin menarik kalau di bagikan ke pembaca, untuk memudahkan penulis menggunakan sudut pandang aku.
Pada suatu malam, saya keluar rumah dengan tujuan untuk mencari angin dan menghilangkan rasa penat sesudah seharian bekerja, waktu itu gres jam sembilan malam, Begitu keluar dari rumah langkah kaki kuayunkan menuju ke arah jalan raya. Tak menyerupai biasanya malam itu suasana cukup ramai
bahkan kendaraan pun masih hilir mudik, padahal pada hari-hari lain, gres jam delapan malam saja kota majalengka sudah terasa begitu sepi.
ketika langkah kakiku mendekati GGM (gelanggang generasi muda), suasana semakin ramai, lantaran ada pasar malam.aku sendiri memutuskan untuk segera meninggalkan lapangan GGM. Tak jauh dari tempatku berada kulihat seorang gadis dewasa sebaya anak SMU sedang berdiri dengan resah, wajahnya manis sekali, berkulit kuning langsat dan nampak seksi menawan, sementara pakaian yang dikenakannya berupa kaos berwarna merah muda dan celana pendek berwarna putih. Pakaian ini menurutku terlalu menarik hati lawan jenis, tak heran bila beberapa anak lelaki yang lewat di hadapannya, menyempatkan diri memandangnya dengan tatapan nakal.
Yang menciptakan saya tertarik bukan lantaran keseksiannya,melainkan lantaran kegelisahan yang nampak pada wajahnya dan sikapnya. ya, mata gadis itu terus menerus menatap orang-orang yang lewat menyerupai ada seseorang yang dicarinya. Dugaan ku di terpisah dari keluarga atau teman-temannya.
Terdorong oleh rasa kasihan, saya kemudian mendekatinya, siapa tau ia membutuhkan bantuan. Aku tak merasa canggung sedikitpun, lantaran sudah terbiasa menghadapi belum dewasa remaja. Bahkan dirumah, saya mempunyai banyak murid privat yang sebaya gadis ini. "sepertinya adik sedang mencari sesuatu, apa perlu saya bantu?'' tanyaku sesudah berada disampingnya.
Gadis itu menyerupai terkejut, kemudian berpaling menatapku. sesaat kemudian, ia menjawab, bahwa tadi ia berdesak-desakkan di pintu lapangan, dirinya terpisah dari teman-temannya yang lain. Ya perkiraanku ternyata tidak meleset, kataku dalam hati.
"Kelihatannya mereka menuju kearah mana?" tanyaku lagi
"Saya tidak tau, tapi yang jelas, mereka niscaya sedang mencari saya" jawabnya
"Bagaimana kalau kita cari teman-temanmu itu ketengah lapangan dan ke stand-stand pameran?'' kataku
"Saya tidak mampu kalau untuk berdesak-desakkan lagi menyerupai tadi" jawabnya
"Apakah adik dan sahabat ada yang bawa hp?''
salah seorang sahabat ada yang bawa, tapi saya tidak, hp saya ketinggalan dirumah''.
"kalau begitu lebih baik segera pulang saja,rumahmu dimana?"
Gadis semampai yang mengaku berjulukan reni ini, kemudian menyebutkan alamat rumahnya. "Angkot yang kearah timur memang masih banyak tapi saya tidak berani pulang sendirian. alasannya yakni dari jalan raya kerumah saya masih harus jalan kaki cukup jauh, melalui jalanan kampung yang sepi dan melewati kebun, kebun. kalau malam keadaannya sangat menyeramkan.
"Saya takut!"
"Bagaimana kalau saya anterin?"
Mendengar tawaranku, Reni tidak eksklusif menerima, ia malah memandangku lekat-lekat, sesaat kemudian barulah ia tampak mengangguk seraya bertanya ,"Apakah abang tidak keberatan?''
"menolong orang yakni kewajiban manusia", jawabku singkat.
Setelah sepakat kami kemudian berjalan beriringan menuju ke sebelah selatan, kemudian ketimur dimana angkutan kota biasa mangkal. Kami eksklusif naik angkot yang penumpangnya cukup penuh dan siap berangkat, kendaraan eksklusif melaju dan tak usang berselang kamipun datang di belokan jalan yang menuju rumah Reni.
Kini, langkah kami mulai menyusuri jalanan kecil yang sepi, terdengar bunyi lolongan anjing dari kejauhan, tanpa segan-segan Reni merapatkan tubuhnya padaku serta memegangi tanganku.
Ah, kasihan gadis ini nampaknya benar-benar ketakutan, belum berapa usang berjalan tiba-tiba didepan kami nampak seseorang yang sedang menuju kearah yang sama, sambil memikul sesuatu. Entah apa yang dipikulnya, tampaknya orang itu berjalan dengan sangat lambat sehingga dalam waktu singkat tersusul oleh kami, dalam keremangan malam, wajah orang itu tak begitu terperinci tetapi ada kemungkinan ia yakni kakek-kakek lantaran jalannya agak membungkuk. Dia menggunakan baju dan celana hitam, mengenakan topi berbentuk kukusan atau caping, serta tidak beralas kaki.
Si kakek terdengar menggumamkan kata-kata yang tidak terperinci artinya, dengan bunyi yang agak sengau,
"Aneh sesudah bertemu kakek itu merasa takut sekali, Kak!" bisik reni begitu jarak kami agak jauh dari kakek pemikul durian.
"Ah, itu hanya perasaanmu saja, oh iya rumahmu masih jauh?" saya mencoba mengalihkan perhatian
"Tidak begitu jauh lagi kira-kira tiga ratus meter dari belokkan itu," jawab Reni.
Baru saja memasuki jalan belokkan yang dimaksud, mata kami eksklusif terbelalak. Entah bagaimana caranya tiba-tiba si kakek pemikul durian tadi, nampak sudah beberapa langkah didepan kami. Seolah kakek itu hendak mencegah langkah kami. Aku eksklusif menduga bahwa si kakek itu bukanlah insan biasa, melainkan sebangsa hantu. Tiba-tiba Reni menyeret tanganku, kemudian berlari dengan penuh ketakutan.
Saat melewati si kakek saya menyempatkan diri untuk melirik lagi isi wadah yang dipikulnya. ya ampun, sekarang sudah berubah .bukan lagi berisi buah durian. Tetapi tumpukan kepala manusia. Yang menakutkan, kepala-kepala itu kelihatan masih hidup. Matanya berkedip-kedip sementara mulutnya menyeringai menyeramkan.
Untungnya Reni berlari sambil berusaha memalingkan wajahnya dari si kakek sehingga tidak melihat isi wadah tersebut. Celakanya ia tidak sempat melepaskan pegangan pada tanganku. Akibatnya akupun terjatuh menimpa badan Reni dari belakang, Aku buru-buru bangun kemudian menengok kebelakang melihat kakek itu, ternyata hantu kakek itu telah raib entah kemana.
"Maaf tadi saya menindih kamu,saat jatuh" kataku meminta maaf
Reni tergelak kemudian berkata, "itu kan tidak sengaja? Sebenarnya sayalah yang salah lantaran kurang hati-hati dalam berjalan. Sejak awal bertemu saya sudah tau kalau abang ini memang niat menolong tak ada niatan jelek.itulah sebabnya makanya saya eksklusif percaya.
Kalau niat seseorang jelek, walaupun secara lahiriyah dikemas dalam kebaikan, saya niscaya merasakannya dan sudah tentu pula akan segera menolak pemberian yang di tawarkan.
sesudah melamun sejenak kemudian saya menyambung, "Eh ngomong-ngomong nanti setibanya dirumah, tolong teman-temanmu segera ditelepon agar merasa tenang."
"itu sudah pasti.bahkan saya akan meminta papa untuk menjemput mereka dengan mobilnya" jawabannya sungguh-sungguh. wah kalau mempunyai kendaraan beroda empat reni orang kaya, kataku dalam hati.
Akhirnya, Reni selamat hingga dirumah, ketika saya pamitan ayahnya Reni bermaksud mengantarkanku hingga rumah, sekalian menjemput teman-teman anaknya. tetapi niat baik kutolak dengan alasan saya akal-akalan menjumpai seorang sahabat yang kebetulan masih tempat deket rumahnya Reni.
Dalam perjalanan pulang, dihatiku muncul beberapa pertanyaan: hendak kemana kakek yang tadi menampakkan diri? Lalu kepala siapa yang ia bawa? Kepala silumankah atau kepala orang-orang yang melaksanakan pesugihan, namun yang niscaya hantu ini sengaja mengganggu kami.
0 komentar:
Posting Komentar