Cerita Pengalaman Meminta Uang kepada Khadam Surat Al-Ikhlas ini ialah sebuah dongeng yang diangkat dari pengalaman seorang mitra yang berjulukan Senin. Menurut penuturannya, insiden ini terjadi sekitar dua tahun yang lalu. Waktu itu ia dimintai tolong oleh seorang kawannya yang berjulukan Sultan untuk membantunya memanggil Khadam Surat Al-Ikhlas yang berjulukan Sayyid Abdul Wahid untuk meminta derma berupa uang. Sultan meminta derma Senin untuk melaksanakan ritual pemanggilan dan menghadapi Sayyid Abdul Wahid alasannya ialah Sultan takut. Selain itu, Sultan juga tidak berpengaruh menjalani ritual pemanggilan Khadam Surat Al-Ikhlas tersebut alasannya ialah amalannya panjang dan harus dilakukan tiga malam berturut-turut. Berikut ialah Cerita Pengalaman Meminta Uangkepada Khadam Surat Al-Ikhlas.
Waktu itu Sultan tiba ke rumah Senin. Setelah basa-basi sebentar, Sultan mengutarakan niat kedatangannya yaitu meminta derma Senin untuk melaksanakan sesuatu yaitu Ritual pemanggilan Khadam Surat Al-Ikhlas dan meminta uang kepadanya. Sebelum menyetujui permintaan Sultan, Senin bertanya kepada Sultan.
“untuk apa?”, tanya Senin kepada Sultan.
“ya untuk minta uang, saya lagi butuh banget. Tapi caranya berat banget Nin, saya gak sanggup melakukannya”, jawab Sultan.
“caranya bagaimana?, kan saya tidak tahu caranya”, kata Senin.
“caranya itu tiga malam berturut-turut harus baca amalannya, banyak banget lagi bacaannya. Kalau kau setuju, nanti saya kenalkan dengan pak Dar yang paham ilmunya”, kata Sultan.
“Oke, saya sanggup bantu kamu. Kapan kita ketemu pak Dar dan kapan mulainya?” kata Senin.
“Itu gres namanya kawan. Ya ntar malam kita ke rumah pak Dar, saya jemput kamu. Kalu gitu saya pulang dulu”, kata Sultan berpamitan.
“Oke, saya tunggu ntar malam”, kata Senin.
Saat habis maghrib Sultan tiba menjemput Senin untuk menemui Pak Dar. Sesampai di rumah pak Dar, Sultan memperkenalkan Senin kepada pak Dar dan menyampaikan bahwa Senin yang akan membantu melaksanakan ritual pemanggilan Sayyid Abdul Wahid. Setelah berbincang sana sini, kemudian pak Dar bertanya kepada Senin “apa benar pak Senin mau melakukannya?”, “ya pak”, jawab Senin. Kemudian pak Dar memberitahu kepada Senin ihwal tatacara dan bacaan-bacaan yang harus dibaca selama ritual pemanggilan. Selain itu, pak Dar juga menjelaskan kemungkinan adanya banyak sekali gangguan yang akan membatalkan ritual pemangilan tersebut. Setelah menjelaskan banyak sekali hal yang berlu, kemudian ditentukan waktu dan tempat ritual pemanggilan tersebut. Ritual pemanggilan dilakukan selama tiga hari yang dimulai pada hari Selasa malam Rabu di rumah pak Mul, mitra pak Dar. Setelah itu mereka pulang ke rumah masing-masing
Saat waktu yang telah ditentukan tiba, Senin bersama Sultan pergi ke tempat yang telah ditentukan yaitu di rumah pak Mul yang ada di tempat Bekasi. Saat tiba di rumah pak Mul, ternyata pak Dar sudah terlebih dahulu datang. Tepat jam 21.00 Senin mulai masuk kamar untuk membaca amalan-amalan sesuai yang diajarkan oleh pak Dar, sementara Sultan, pak Mul dan pak Dar menunggu di ruang tamu.
Malam pertama ritual itu, kira-kira gres separuh bacaan amalan, tiba-tiba Senin melihat di hadapannya ada tempat tidur dan ada orang besar dan gemuk sedang tidur dan mendengkur. Dengkurannya keras sekali. Namun Senin tidak menghiraukannya, dan Senin tetap melanjutkan bacaan amalan hingga selesai. Malam pertama ritual pemanggilan telah dilalui dengan baik oleh Senin. Setelah itu Senin keluar dari kamar menuju ruang tamu menemui pak Dar dan Sultan. Saat itu jam dinding di ruang tamu memperlihatkan pukul 03.00.
Malam kedua, kira-kira gres separuh bacaan amalan, tiba-tiba Senin melihat di hadapannya ada perempuan bagus tanpa busana bangun di samping pembaringan dan mengajaknya tidur bersdama. Senin sadar bahwa itu hanyalah godaan yang akan menggugurkan ritualnya. Senin tidak menghiraukan seruan itu dan terus berupaya keras melawan gejolak nafsu yang ada untuk tetap sanggup melanjutkan bacaan amalan itu, dan kesudahannya malam kedua sanggup dilalui dengan baik.
Malam terakhir, yaitu malam ketiga, kira-kira gres separuh membaca bacaan, tiba-tiba Senin melihat di depannya perempuan bagus bermahkotakan emas mengendarai kereta kencana. Ia mengajak Senin untuk ikut dengannya dan ia menyampaikan bahwa ia akan memberi apa yang diminta oleh Senin. Namun seruan itu tidak dihiraukan oleh Senin alasannya ialah Senin sadar bahwa yang tiba itu bukan Sayyid Abdul Wahid tetapi godaan yang berniat menggugurkan ritualnya. Senin tetap berupaya keras melanjutkan bacaan hingga selesai.
Setelah menuntaskan bacaan yang ditentukan, Senin mendengar bunyi angin bergemuruh, Senin hanya membisu sambil membaca shalawat nabi. Setelah bunyi gemuruh angin hilang, tiba-tiba senin melihat sosok berjubah putih dan berkata “Assalamu’alaikum. Ada apa Tuan memanggil saya?”, Senin sadar bahwa yang tiba ialah Sayyid Badul wahid. Lalu Senin menjawabnya “Wa’alaikumussalam warahmatullah”, serta menguratakan sebagaimana yang telah diberitahukan oleh pak Dar kepada Senin. Setelah mendengar tanggapan Senin, Sayyid Abdul Wahid menawarkan apa yang diminta yaitu uang. Uang itu diletakkannya di sebuah Kardus Besar bekas Kardus Rokok yang telah disiapkan oleh Pak Mul di kamar tersebut. Kardus besar tersebut penuh dengan uang pemberiannya. Lalu Sayyid Abdul Wahid pergi sambil mengucapkan salam”Assalamu’alaikum”, kemudian Senin menjawabnya “wa’alaikumussalam warahmatullah.
Demikianlah Cerita Pengalaman Meminta Uang kepada KhadamSurat Al-Ikhlas ini, terima kasih telah membacanya dan supaya sanggup menghibur anda.
0 komentar:
Posting Komentar