Suatu malam, hantu pocong sedang lewat di sebuah kebun yang rimbun dengan pepohonan besar dan tinggi. Kebun yang seakan tanpa pemilik alasannya ialah tak terurus dan terkesan anngker itu memang menjadi daerah pertemuan para hantu, dari aneka macam jenis mulai dari gondoruwo, kemamang, sundel bolong, glundungpringis, pocong, hingga kuntilanak. Tak sengaja hantu pocong melihat hantu kuntiilanak sedang duduk terdiam di atas cabang bantang pohon yang rimbun. Hantu pocongpun menyapanya, tapi tak biasanya hantu kuntilanak hanya berdiam diri tanpa menyambut sapaan itu, dengan tawanya yang khas dan menciptakan bangun bulukuduk insan yang mendengarnya. Hantu pocongpun heran, kemudian ia mendatangi hantu kuntilanak. Hantu Kuntilanak yang biasanya riang dan tertawa cekikikan itu memang kelihatan sedang murung.
“hai kuntilanak, tidak ibarat biasanya kau murung ibarat itu, kau menyendiri di sini, padahal kawan-kawan para hantu sudah berkumpul di pohon sana, ada apa?”, tanya hantu pocong.
“kamu tahu, besok bulan Ramadhan sudah tiba, para insan itu berpuasa, bulan paling menyedihkan bagi para hantu sudah tiba, saya lagi bersedih hati. Apa kau tidak duka dengan datangnya bulan Ramadhan ini ?”, jawab hantu kuntilanak.
“kalau dibilang sedih, ya semua bangsa hantu sedih. Tapi ini kan bukan sekali ini, sudah bertahun-tahun kita lewati. Dan ini hanya satu bulan dalam satu tahun, kan sudah biasa kita lalui”, jawab hantu pocong.
“memang hanya satu bulan, tetapi saya sangat sedih, saya tidak dapat mengganggu dan bermain dengan belum dewasa kecil lagi di bulan ini. Kamu tahu, kebahagiaanku satu-satunya di dunia ini ialah dapat menggendong belum dewasa insan itu, walalupun hany sekejap. Sementara di bulan Ramadhan ini, sebulan penuh saya tidak akan dapat menyentuh mereka, mereka selalu dijaga. Di setiap rumah dan masjid selalu ada orang mengaji”, kata kuntilanak.
“bulan Ramadhan tahun kemudian saya sangat tidak tahan untuk menggendong anak manusia, saya paksakan mengganggu dan mengambil anak insan yang sedang sendirian di suatu kamar, ditinggal ibunya berbuka puasa di ruang makan. Aku mau ambil dan mau saya gendong anak itu, tapi anak itu tahu kemudian menjerit. Lalu ibunya tiba menghampirinya, dan saya terkena hawa panas ibunya. Tubuhku serasa terbakar, dan akupun segera pergi sambil kesakitan”, terang kuntilanak.
“rasa panas itu hingga hari ini masih terasa, saya sangat tidak dapat melupakannya. Aku tidak tahu, kenapa orang yang berpuasa, yang hanya tidak makan dan tidak minum seharian saja, hawanya terasa begitu panas bagiku, seakan memperabukan tubuhku ini?”, tutur kuntilanak.
“itu kan sudah usang diperingatkan oleh ketua kita, jangan ganggu insan yang sedang berpuasa, kamunya saja yang nekad”, kata hantu pocong.
“aku sangat tidak tahan kalau tidak menggendong anak insan sehari saja, apalagi harus sebulan?, maka itu, bulan Ramadhan tahun kemudian saya memaksakan diri untuk menarik hati dan menggendong anak manusia, tapi saya gagal”, kata kuntilanak sambil terisak.
“sudahlah, jangan sedih, sementara kan kau masih dapat menggendong tuyul atau hantu anak-anak, hanya sebulan saja kok”, hibur hantu pocong,
“kamu sembarangan, saya ini kuntilanak, kerjaanku ialah menarik hati dan mengambil anak manusia, bukan menarik hati tuyul atau anak hantu, sudah pergi sana”, kata kuntilanak murka sambil mengusir hantu pocong.
“kamu begitu saja marah, saya kan mau mencarikan solusi buat kau di bulan Ramadhan nanti, kok malah murka sama aku”, kata hantu pocong.
“sok pandai kamu, kalau kau pintar, kau tidak jadi hantu pocong, tapi jadi manusia”, kata kuntilanak.
“ya sama juga, kalau kau memang lebih pandai dari aku, mestinya kau juga tidak jadi kuntilanak, tapi jadi insan juga”, kata hantu pocong sambil pergi dari hadapan hantu kuntilanak menuju daerah pertemuan para hantu.
“hmm, benar juga apa kata si pocong itu, kalau saya pandai ya mestinya saya jadi manusia. Berarti saya juga ndeso sama ibarat si pocong itu”, kata kuntilanak sambil melayang di udara, melompat dari cabang pohon yang satu ke cabang pohon yang lain menuju daerah pertemuan para hantu.
Demikianlah Kisah Pengalaman Pahit Hantu Kuntilanak, terimakasih telah membacanya.
Home »
bulan Ramadhan »
hantu »
kuntilanak »
manusia »
pocong »
Kisah Pengalaman Pahit Hantu Kuntilanak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar